Senin, 19 Mei 2014

Tersenyumlah (La Tahzan inna Allaha Ma'ana)

Elia Abu Madhi berkata:
Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung"
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana"

Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku"
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak kan pernah mengembalikannya"

Orang berkata, "Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku merana dan berduka. Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya. Bagaimana mungkin jiwaku sanggup mengembangkan senyum manisnya?"
Maka akupun berkata, "Tersenyumlah dan berdendanglah, kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan sakitnya"

Orang berkata, "Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan, ia laksana musyafir yang akan mati karena terserang rasa haus"
Tapi aku berkata, "Tetaplah tersenyum, karena engkau akan mendapatkan penangkal dahagamu. Cukuplah engkau tersenyum, karena mungkin hausmu akan sembuh dengan sendirinya. Maka mengapa engkau harus bersedih dengan dosa dan kesusahan orang lain, apalagi sampai engkau seolah-olah yang melakukan dosa dan kesalahan itu?"

Orang berkata, "Sekian hari raya telah tampak tanda-tandanya seakan memerintahkanku membeli pakaian dan boneka-boneka. Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara, namun telapak tanganku tak memegang walau hanya satu dirham (/rupiah)adanya"
Kukatakan, "Tersenyumlah, cukuplah bagi dirimu karena Anda masih hidup, dan engkau tak kehilangan saudara-saudaramu dan kerabat yang engkau cintai"

Mungkin saja orang lain yang melihatmu berdendang akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah. Apa kau kira dengan cemberut akan memperoleh dirham (/rupiah) atau kau merugi karena menampakkan wajah berseri?

Saudaraku, tak membahayakan bibirmu jika engkau mencium, juga tak membahayakan jika wajahmu tampak indah berseri. Tertawalah, sebab meteor-meteor langit juga tertawa, mendung tertawa, karenanya kami mencintai bintang-bintang. 

Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah"
Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah lagi tersenyum"

Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar.
Dari Iyadh bin Himar ra. ia berkata: 
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku(Muhammad) agar kalian rendah hati, hingga tidak ada salah seorang diantaramu yang berlaku jahat pada yang lain dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri atas yang lain"
[Hadist Riwayat Muslim dan Abu Dawud]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar